JAKARTA— Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menyatakan dukungannya bagi rencana pemerintah melakukan konversi kendaraan konvensional ke kendaraan listrik. Namun perlu diingat bahwa tak mudah mengubah minat masyarakat untuk langsung menggunakan kendaraan berbasis listrik.
Menurut Ketua I GAIKINDO Jongkie Sugiharto, setidaknya ada dua pertimbangan masyarakat untuk membeli mobil. Pertama adalah harga. Kedua kapasitas untuk mobil keluarga.
Produsen mobil sebetulnya juga sudah punya produk untuk mobil keluarga, tapi harganya masih tinggi, antara Rp 700 sampai Rp 800 juta. Sedangkan kemampuan masyarakat Indonesia dalam membeli mobil berasa di range harga Rp 300 juta ke bawah. “Mobil yang di minati oleh orang Indonesia adalah yang empat pintu, muat sampai dengan tujuh orang, sayangnya belum ada mobil listrik semacam ini yang full listrik dengan harga Rp 300 juta,” kata Jongkie dalam Market Review IDXChannel, Senin 10 Oktober 2022seperti dikutip OKEZONE.
Jongkie menyarankan Pemerintah bisa masuk mulai dari Hybrid lebih dulu, di situ beberapa mobil yang sesuai dengan spesifikasi mobil keluarga masih mempunyai harga yang tak semahal kendaraan Batery Electrical Vehicle (BEV). “Ada jalan keluar juga sebetulnya kalau kita mau menghemat pemakaian bahan bakar minyak (BBM), bisa masuk dulu ke hybrid maupun plug-in hybrid, dengan masuknya itu, ini harga tak naik signifikan (dari konvensional ke hybrid),” kata Jongkie.
Jika Pemerintah berniat mengubah kendaraan dari tenaga fosil ke tenaga listrik, harusnya dilakukan bertahap melalui hybrid. Jongkie menjelaskan dengan menggunakan kendaraan hybrid saja, setidaknya sudah mampu menghemat penggunaan BBM hingga 25 persen.
“Sebetulnya kita harus membuat program transisi tadi, masuk ke hybrid dulu, misal tarifnya disesuaikan lagi, yang penting tujuan pemerintah tercapai (mengurangi penggunaan BBM), kalau ini bisa masuk, ini anggap saja transisi untuk ke BEV,” kata Jongkie.
Peralihan ke kendaraan listrik di Indonesia memang terganjal oleh kemampuan daya beli masyarakat itu sendiri, yang mana mayoritas kemampuannya membeli kendaraan dengan harga dibawah Rp 300 juta. Oleh karena masih diperlukan Insentif dari pemerintah jika memang mau untuk melakukan transisi kendaraan. “Harga terjangkau tadi, mungkin pemerintah bisa memberikan PPNBM-nya, bisa diberikan insentif untuk yang hybrid, sehingga bisa terjangkau, kalau ini terjadi maka penghematan bisa tercapai,” kata Jongkie.
“Kami akan support dan dukung sekali program ini, semua merek sudah memiliki produk BEV, tinggal mereka menentukan timing untuk masuk ke pasar Indonesia,” katanya. (*)